Oleh: Kepra

Hari ini saya mendapat share dari Ryan Nugraha Kurniawan di wall Face Book saya sebuah dokumen artikel Media Indonesia tertanggal 17 Maret 1992. Artikel 28 tahun yang lalu. Ada nama saya di situ. Artikel itu bercerita soal proses rekaman awal-awal diproduksinya kuis baru dari Ibu Ani Sumadi. Kuis Aksara Bermakna.

Tapi bukan karena ada nama saya yang membuat saya ingat masa-masa itu. Ada nama peserta SOLA di situ. Dan beliau adakah alm Gus Solah. Di kuis ini saya kenal dengan beliau. Setelah itu banyak sekali saya berinteraksi dgn beliau yg saat itu menjabat sebagai salah satu pengurus inti INKINDO. Kebetulan saya ada satu dua kali mendapat pekerjaan dari Inkindo.

Ternyata interaksi saya dengan beliau tidak di waktu itu saja. Saat saya membangun kantor saya di Warung Buncit, saat sedang inspeksi di depan bangunan, tiba2 ada Gus Solah mumcul dari bangunan sebelah. Ternyata kantor beliau. Biasanya saya bertemu di Kantor Sekretariat Inkindo Pejompongan. Dan ternyata lagi, beliau satu kantor dengan sepupu saya. Mereka bermitra.

Beliau langsung tanya:”Kantornya Mas?”. Saya jawab:”Iya Pak Sola. Waaaah tetangga kita. Semoga awal tahun saya sudah bisa ngantor di sini”.

Lalu beliau “menjewer kuping” saya.
“Anak muda jangan ngawur ya. Ambil kredit bank. Bikin kantor bagus seperti ini. Nanti tidak bisa mulangin kreditnya. Hati2 ya Mas”. Saya jawab:”Aman Pak Sola. Saya ambil kredit bank sedikit kok. Saya juga takut pakai kredit bank. Maturnuwun sanget njih Pak Sola sudah mewanti-wanti saya”.

Setelah itu kami beberapa kali berinteraksi. Beliau kembali diajak Ibu Ani Sumadi untuk menjadi peserta kuis yang lain. Kuis Siapa Dia. Dan kemudian setelah itu selama bertahun-tahun kami tidak pernah bertemu.

Kurang lebih setahun sebelum Pilpres Langsung tahun 2004 yang untuk pertama kalinya diadakan di Indonesia, saya diminta oleh seorang teman sesama alumni FEUI, untuk bantu-bantu urusan kampanye Pak Wiranto. Kebetulan dia ditunjuk jadi Campaign Managernya. Saya sebetulnya agak-agak malas bersinggungan dengan aktifitas politik. Tapi karena diuber-uber terus, dan tiba- tiba timbul rasa “pengen ngerasain” menjadi bagian menangani kampanye capres/cawapres, akhirnya saya bersedia. Saat itu baru awal-awal. Belum resmi masa kampanye. Singkat cerita Pak Wiranto memenangkan Konvensi Partai Golkar. Masa-masa sibuk bergulir. Dan yang ingin saya sampaikan di sini adalah keputusan politik yang melahirkan duet Wiranto-Gus Solah. Kembali saya akan berinteraksi dengan Pak Sola yang mulai saya sebut dengan Gus Solah, karena demikian lazimnya beliau disebut.

Aktifitas Capres/Cawapres memang teramat padat. Selama masa proses pencalonan dan kampanye, saya malah tidak berjumpa dengan Gus Solah. Beberapa kali saya dan tim kampanye media berjumpa dengan Pak Wiranto, tapi tidak dengan Gus Solah. Karena aktifitas beliau lebih banyak turun ke konstituen. Tidak melalui media. Malah akhirnya saya berkenalan dengan putera beliau yang sudah sangat dikenal di komunitas kreatif. Ipang Wahid. Saya bertemu saat shooting video kampanye Wiranto-Gus Solah. Dan setelah Pilpres RI 2004 saya tidak pernah bertemu dengan Gus Solah.

Beberapa waktu lalu, saat sedang bermedsos ria, saya baca pesan Gus Ipang (begitu sekarang saya menyebut Ipang Wahid) mengabarkan Gus Solah sampun tindak. Beliau berpulang. Belasungkawa dan doa untuk beliau, sosok yang pernah menasihati saya agar dalam berbisnis saya jangan ngawur. Matursuwun Gus.

Kepra 03032020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini