Oleh: S Stanley Sumampouw

Kacamata selain berfungsi sebagai pelindung mata dan obat, juga sangat berperan dalam membentuk image atau citra diri kita.
Mau berpenampilan kuno, modern, sportif, serious agak kocak, spectacular, semuanya bisa dibentuk lewat kacamata yang anda pakai.

Jenis dan merk kacamatapun beragam. Demikianpun harganya. Ratusan atau bahkan ribuan merek dari berbagai negara bisa kita jumpai dari tingkat emperan sampai toko kacamata atau optic terkenal.

Biasanya, kalau kita bicara mata sakit, kalau dikelas optic, frame atau tangkai kacamata dengan kacanya berlainan. Kaca nya kacamata biasanya harganya bisa beberapa kali lipat dari harga frame atau tangkainya.
Jika anda mau kaca anda tidak silau, bisa gelap sendiri ketika tertimpa sinar matahari, anti uv, tidak berbayang dan jernih terlihat sampai tai mata anda terlihat, kadar plus atau minus, pake silindris atau tidak, maka itu semuanya akan membuat harga kaca akan berkali lipat timbang framenya atau tangkainya.

Saya ingin cerita sedikit pengalaman aneh saya soal kacamata.
Saya pernah menemukan kacamata bulat kecil, jarang dijumpai dimanapun, dikaki lima pasar Glodog. Harganya murah amat hanya Rp 30 ribu. Besoknya saya bawa ke optic dan saya ganti kacanya sesuai dengan selera dan ukuran saya. Jadilah kacanya bernilai jutaan melebihi framenya.
Ketika saya pakai banyak teman saya yang kepingin dengan kaca mata model begituan. Saya bilang kacamata model biji jengkol. Bukan biji yang lain yaaa…
Makin kepingin nambah penasaran ketika kita cari lagi dan model begituan dimana-mana sudah tidak ditemui. Baik dikaki lima maupun di optik berbagai kelas.
Lalu tiba-tiba kacamata itu hilang begitu saja. Mungkin jatuh ketika saya naek motor.

Saya yang masih terobsesi dengan kaca mata model biji jengkol, tetap konsisten mendendam dan memendam rasa.
Setiap ganti atau cari kacamata baru model jengkol selalu terucap dibibir. Dan tidak pernah ketemu.

7 tahun berlalu…

Sampai suatu ketika adik saya datang dari Manado dan berbelanja di Mangga Dua, dia melihat model kacamata biji jengkol dijual lalu dia vcall saya untuk memperlihatkan kacamata tersebut. Bukan main senangnya saya, dengan girang saya minta dibelikan beberapa biji jengkol. Lalu adik saya berkata bahwa inilah toko yang satu satunya menjual biji jengkol dan tinggal satu pula. Dengan harga Rp 500 ribu dapatlah si biji jengkol.

Demikianlah… Masih ada pertanyaan yang belum terjawab, jika si biji jengkol banyak yang cari lalu kenapa tidak ada yang jual yaaa?

Masa kini, kemaren hari minggu, kita mengantar cucu Olivia untuk mencari kacamata pertamanya karena si cucu menderita minus 3.
Disalah satu optik yang namanya cukup kondang diseantero Jakarta.
Terjadilah dialog seperti ini antara saya dengan petugas optik:

Saya: “Mas, yang model begini ada, gak?” Kata saya sambil menunjukkan biji jengkol saya.
Petugas Optik (PO): “Oh, itu kacamata langka, pak.. “
Saya: “Kok bisa langka?” Kata saya lagi.
PO: “Iya pak, di Jakarta udah pasti gak ada yang jual. Bapak pasti belinya diluar negri. Banyak pelanggan kita yang bela-belain keluar negri hanya untuk mencari model seperti itu…”
Saya: “Iya, saya memang belinya di Amerika kok… ” agak keras saya berujar agar terdengar oleh pelanggan yang lain yang sejak tadi pura pura pilih kacamata tapi nguping obrolan kita.

Cinere Depok, Senin 08 Nopember 2021, 12.51

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini