Cilacap, Maspolin.id – Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) ke-74 tahun 2019 menjadi momentum istimewa dan unik di SMP Pius Cilacap, Senin (25/11/2019) pagi.
Dan momentum itu disimbolkan dengan aksi saling membasuh kaki para guru dan para murid.
Sejumlah guru tampak membasuh kaki para murid, juga murid membasuh kaki gurunya secara bergantian.
Pembasuhan kaki ini merupakan simbol kerendahan hati serta saling menghormati. Dan itu khusus digelar untuk memperingati Hari Guru Nasional.
”Sekolah kami kan sekolah Katholik, dimana dulu Nabi kami (Nabi Isa) melayani 12 rasul dengan membasuh kakinya. Maka, kami sebagai guru juga melayani dengan membasuh kaki murid-murid. Kalau siswa membasuh gurunya menunjukkan bahwa siswa menghormati gurunya,” kata Kepala SMP Pius Cilacap, Drs C Budi Setyawan.
Menurut dia, membasuh kaki adalah simbol kerendahan hati. Para guru dan siswa diajak belajar rendah hati sekaligus melayani satu sama lain dalam kegembiraan, terutama pada kegiatan belajar-mengajar. “Kami memperingati hari guru untuk meningkatkan pelayanan guru terhadap murid-muridnya dan secara umum dunia pendidikan,” imbuh Budi.
Peringatan Hari Guru dimulai dengan upacara bersama di aula, karena hujan deras mengguyur kota Cilacap sejak pagi.
Setelah upacara, para guru wali kelas membasuh perwakilan siswa di kelasnya masing-masing.
Para siswa duduk di kursi dan para guru berlutut di depannya sambil membasuh kaki muridnya dengan menggunakan air bercampur bunga dalam baskom.
Setelah dibasuh, kaki para murid dikeringkan dengan anduk. Selanjutnya, siswa bergantian membasuh kaki para gurunya. Mereka pun kemudian saling berpelukan.
Para guru juga mencium kening atau pipi murid sambil membisikkan wejangan-wejangan kepada para siswa.
”Senang banget bisa melayani guru dan guru bisa melayani muridnya lewat membasuh kaki ini,” kata Julius Wijaya Agung (13), siswa kelas VIII.
Agung mengatakan, relasi yang baik dengan guru diperlukan untuk menunjang kenyamanan belajar. Guru yang baik adalah sosok guru yang bisa menjadi teman atau sahabat baginya.
”Guru bisa menjadi tempat curhat para siswa sekaligus guru mengajari materi-materi,” tuturnya.
Geraldine Benedicta Wibowo (13) awalnya merasa aneh ketika kakinya dibasuh oleh guru. ”Aneh sih, tapi senang,” ujar Geraldine, yang bercita-cita menjadi apoteker itu.
Agung dan Geraldine menuturkan, jika mereka mendapat teguran dari guru, mereka berusaha menerjemahkan teguran itu merupakan kesalahan mereka dan tidak serta-merta membenci guru yang menegur.
”Pasti pertama jengkel, tapi lama-lama kami sadar guru itu menegur kami karena salah dan supaya kami jadi lebih baik,” tutur Geraldine.
Yang unik, para siswa dan guru mengenakan pakaian adat Nusantara agar mencintai kebudayaan Indonesia. Dengan berpakaian adat, para murid juga belajar sopan-santun. Anak juga tidak banyak tingkah, serta tahu tata krama. (Estanto)










