Danau Toba,Maspolin.id – Wisata Halal dan Benturan Peradaban
Sudah lama terminologi “benturan peradaban” ini kucermati.Karena fenomena sosial masa kini nyata di depan mata. Samuel Huntington( Ahli politik Amerika) memang hebat menganalisa sekaligus meramalkan perkembangan sosial politik yang akan terjadi.

“Wisata Halal”

Begitu keluar pernyataan Gubernur Sumut tentang rencana wisata halal di kawasan Danau Toba. Hampir semua orang batak, atau setidaknya yang berdiam di kawasan Danau Toba Protes! Kontroversial.Tetapi cenderung menolak.

Ada dua kepentingan( Budaya vs Agama) yang ber benturan. Satu pihak ingin agamanya dilindungi, satu pihak lagi ingin budayanya dilestarikan.Sehingga muncul masalah: Siapa yang menentukan terhadap siapa? Disinilah terjadi benturan.

Masalah ini bisa rumit dan semakin terbentur, bila tidak dicarikan solusi yang bijaksana. Namun bisa menjadi sederhana, bila ada saling pengertian. Intinya: Jangan ada pihak yang dikorbankan atas kepentingan pihak lain.

Apa Urgensi Wisata halal?

Bila alasannya untuk kenyamanan pelancong umat Islam dalam beribadah, apakah harus membuat kawasan syariah? Selama ini Bali tidak ditetapkan sebagai kawasan wisata Halal, toh umat Islam nyaman2 saja berkunjung ke Bali.

Saya yakin, bila ada umat Islam yang berkunjung ke Kawasan Danau Toba, tidak ada Orang Batak yang menyodor-nyodorkan saksang, Panggang B2, atau yang haram lainnya supaya aqidahnya terganggu! Atau sengaja ada yang menjebak untuk merusak aqidah agamanya. Tidak ada. Karena Orang Batak sangat toleran terhadap perbedaan agama.

Lalu, untuk apa kuatir? Kalau mau beribadah, toh saudara kita muslim bisa sholat dimana saja. Kalau harus ke Mesjid, sudah ada di kota2 sekitar danau Toba: Balige, Siborong2, Dolok Sanggul, Samosir, dll. Maka bila muncul istilah kawasan halal, persepsi orang bisa menjadi negatif: “Apa Maksud?”. Justru dengan adanya wacana: Haram/ halal ini, resistensi Orang Batak menjadi muncul, yang tadinya, mungkin tidak ada.

Orang Batak dikawasan Danau Toba diajak untuk memahami tentang kebutuhan umat beragama lain di kampungnya, tidak sesimpel yang kita bayangkan. Secara psikologis, Orang Batak Kristen sudah banyak menanggung perilaku intoleransi dari saudara Islam di perantauan.

Kini, mau dibuat seperti itu dikampung Halamannya? Oh, No! Itu reaksi spontan dari orang yang sudah lama ditindas. Psikologis itu mestinya dipahami pemerintah.

Saya yakin, semua Orang Batak dikawasan Danau Toba mendukung Pariwisata di Daerah itu. Meskipun mental dan karakter masih banyak yang harus dibenahi, tetapi lambat laun akan bisa berubah.Tetapi, khusus yang menyinggung peradaban, sebaiknya jangan dipaksakan.

agar masalah ini tidak berlarut-larut, sebaiknya bupati2 se kawasan Danau Toba tegas menolak wacana wisata halal, tetapi menjamin, bahwa umat beragama lain yang berkunjung ke Danau Toba akan nyaman dalam menjaga aqidah agamanya.

FHL.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini