Oleh: S Stanley Sumampouw
Tadi pagi, sembari menikmati kopi panas kepul2, saya membuka fesbuk dengan asyik dan mendapati diri saya ngobrol dengan seorang teman yang sudah lama tinggal di luar negeri. Biasanya pembicaraan di fesbuk adalah omongan ringan. Tetapi pagi ini saya memperoleh pencerahan atas hasil bincang bincang ngobrol ngalor ngidul tersebut.
Awalnya, dia bercerita lancar betapa senangnya bisa ketemu teman-teman lama, tetangga lama, teman sekolah dan berbagai teman yang sudah tidak nyambung selama belasan dan bahkan ada yang sudah puluhan tahun.
Obrolan terus mengalir dan akhirnya tiba pada titik dimana kegembiraan harus berganti dengan nada kecewa. Si teman mulai mengeluh bahwa dia juga banyak kecewa dan sedih.
Ada teman2 yang sudah tidak mengenalinya di fesbuk, bahkan mengingkarinya kalo dulu pernah kenal. Ada yang tidak mau add dia, dan kejadian terakhir adalah janjian ketemuan yang berulang kali dibatalkan dengan berbagai alasan. Dia bertanya; “Ada apa dengan mereka? Keadaan sekarang memang sudah lain…”, begitu katanya mengeluh.
Saya lalu teringat dengan cerita dari teman yang lain, juga sudah lama keluar dari Indonesia, bahwa ada teman yang keliatannya punya gelagat menghindar bila ketemu di chattingan. Lama membalas jawaban dan tiba tiba suka offline. Dia juga bertanya-tanya; “Ada apa dengan mereka itu..?”.
Saya tidak bisa menjawab pertanyaan dari kedua teman tersebut meskipun saya sendiri mengalami juga kejadian2 seperti yang mereka alami. Tentunya kejadian yang sama belum tentu punya penyebab yang sama pula, pikir saya. Dan tidak mudah tentunya bagi saya untuk berprasangka pada seseorang yang menjadi suatu sebab bagi orang lain.
Tetapi tentunya hal ini harus bisa diterangkan dan di kira-kira apa sih penyebabnya?
Yang paling mungkin penyebabnya adalah masa lalu. Masa lalu yang bagaimana? Masa lalu yang tidak enak tentunya. Tidak enak bagaimana? Mungkin keadaan yg kurang beruntung, membuat seseorang merasa malu untuk bertemu teman dari masa lalu dulu yang mengetahui keadaan dia tersebut.
Lalu, so what gitu looooohh?
Saya yang juga tergolong manusia yang punya masa lalu yg sangat kurang beres. Menurut saya, bisa dipastikan setiap orang pasti memiliki masa lalu yang buruk. Dan terkadang kita hanya bisa berusaha memakai jalan yang kita anggap baik meskipun hasilnya tidak selalu berbuah baik dalam pandangan orang lain. Atau memang kita sengaja melakukan hal buruk entah karena apa penyebabnya atau apa yg mendorongnya. Atau bahkan suatu hal yang tidak bisa kita hindari karena memang datang dari kekuatan diluar diri kita. Apa misalnya? Misalnya, lahir dlm kemiskinan, ke-ter-abai-an, terbuang, dan banyak macam hal lagi yang tidak dapat kita tolak, rencanakan atau bahkan kita pilih.
Sudah lama saya dengan hati yang lega dan legowo bisa menerima masa lalu saya yang sangat carut marut tersebut. Termasuk juga menerima pandangan dan tatap mata curiga dan pasang ancang2 dari orang2 yang mengetahui saya dimasa lalu. Termasuk berbesar hati juga bila masa lalu saya dijadikan konsumsi cerita dari teman ke teman. Berbesar hati bahwa itu jalannya proses satu kehidupan yang ritmenya tidak diam dan berjalan ditempat. Melainkan ritme yg dinamis yang membawa kita tumbuh dan bisa matang dalam kehidupan. Juga mewakili pernyataan bahwa hidup ini penuh perjuangan dan tidak pernah gampang untuk menjalaninya.
Akhirnya teman saya tadi bilang; “Buat apa mereka malu akan masa lalunya, padahal sekarang belum tentu keadaan kita lebih baik dari mereka. Ya gak, Stan…?.”
Ditulis di Kemang,
24042009,
pukul 00;38.