Oleh: Embie C Noer
Sholat tarawih pertama di Masjid Darussalam Blok A Kebayoran Baru Gandaria Utara, Alhamdulillãh berjalan dengan penuh semangat. Ruangan masjid dipenuhi jama’ah. Semoga semangat ini cermin dari kokohnya ukhuwah dari jama’ah. Adapun adanya kenyataan pada malam-malam Ramadhan selanjutnya jumlah jama’ah tarawih semakin berkurang, hal itu masih seiring dengan tradisi bertambahnya tingkat konsumsi gula, tepung, minyak goreng dan kebutuhan lainnya. Seiring juga dengan tradisi melonjaknya harga harga. Seiring dengan semakin hebohnya iklan produk melalui hiburan di televisi. Lengkap dengan iringan berbagai lagu-lagu Ramadhan yang penuh puja-puji doa renungan rintihan. Seiring dengan rintihan kalangan yang merasakan sulitnya ekonomi dalam menjalani hari-hari Ramadhan. Sejalan juga dengan kesibukan berbagai acara buka bersama. Ramadhan Fair. Bursa Ramadhan. Ramadhan Ceria. Ramadhan Gaul. Ramadhan Big Sale. Semua itu adalah keberkahan. Andaikan terjadi jama’ah tarawih dengan pola terbalik, yaitu berangsur-angsur dari sedikit menjadi banyak atau terus konsisten banyak sejak hari pertama hingga tiba Iedul Fitri, makan boleh jadi akan terjadi juga dampak yang sebaliknya. Tak ada keluhan ekonomi di Ramadhan, tak ada kehebohan di televisi, tak ada kenaikkan impor ini itu, tak ada rombongan bukber begini begitu, tak ada album reliji baru, gelar busana, para penceramah tidak lagi mondar-mandir dari hotel, televisi, instansi, perusahaan sampai kapal pesiar. Jika ini terjadi, maka inipun adalah keberkahan. Semoga kita senantiasa diberi kekuatan dalam menerima setiap keberkahan dan terhindar dari sifat tidak bersyukur.
Aamiin Ya Rabbal ‘Alamien.










