GORONTALO – Maspolin.id||  Selama lebih dari sepekan ini, banjir menggenangi beberapa kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, di Kota Gorontalo saja, lebih dari 4.500 rumah terendam.

Di Gorontalo, ketinggian air yang paling rendah adalah satu meter. Di beberapa wilayah, air merendam hingga atap rumah warga. Di sebagian wilayah, banjir sudah berlangsung selama delapan hari. Di beberapa wilayah lainnya, banjir terjadi sejak akhir Juni. Kadang surut sebentar, tetapi hujan yang masih terus turun membuat air kembali merendam permukiman. Banjir di antaranya disebabkan luapan Danau Limboto serta sejumlah sungai besar dan kecil.

Salah satu desa yang terdampak cukup parah adalah Desa Hutadaa, Kecamatan Talaga Jaya, di Kabupaten Gorontalo. Desa ini berbatasan dengan Danau Limboto.

”Di desa saya tinggal 17 bangunan yang tidak terendam. Bangunan ini di antaranya kantor desa dan sekolah. Di situ pula kami tempatkan pengungsi,” kata Wowiling Habibullah, Kepala Desa Hutadaa, yang dihubungi pada Selasa (16/7/2024).

Banjir merendam rumah warga di Desa Hutadaa, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Selasa (16/7/2024). Banjir terjadi sejak akhir Juni hingga Juli ini.
DOKUMENTASI PEMERINTAH DESA HUTADAA

Banjir merendam rumah warga di Desa Hutadaa, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Selasa (16/7/2024). Banjir terjadi sejak akhir Juni hingga Juli ini.

Dia mengatakan, selama 25 tahun terakhir, ini adalah banjir terparah yang terjadi. Ketinggian air terendah di desa ini adalah satu meter. Selebihnya hingga lebih dari tiga meter dan menggenangi bangunan hingga atap.

”Karena sudah sulit mencari bangunan yang tidak terendam dan layak untuk pengungsian, padahal jumlah warga yang harus diungsikan banyak, kami terpaksa menghubungi keluarga dan kerabat yang berada di luar desa dan lokasinya aman, untuk bisa menampung sebagian warga,” katanya.

Di desa ini ada lebih dari 2.000 jiwa yang mengungsi, sementara tempat pengungsian hanya ada enam titik dan menampung hampir 700 orang. Beberapa ruang kelas di sekolah yang digunakan sebagai tempat pengungsian, diisi hingga 48 orang dalam satu kelas.

Salah satu lokasi pengungsian di Desa Hutadaa, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Selasa (16/7/2024). Banjir terjadi sejak akhir Juni hingga Juli ini.
DOKUMENTASI PEMERINTAH DESA HUTADAA

Salah satu lokasi pengungsian di Desa Hutadaa, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Selasa (16/7/2024). Banjir terjadi sejak akhir Juni hingga Juli ini.

”Kami di sini cukup parah karena dekat dengan danau. Ada 20 aliran sungai besar dan kecil yang masuk ke danau di antaranya dua sungai besar yakni Sungai Ali dan Pohu. Aliran keluarnya ke laut hanya melalui satu sungai. Kondisi sungai juga penuh dan banyak material hingga air sulit keluar. Belum lagi jika air laut naik. Sekarang saja sudah mulai mendung lagi,” katanya.

Dalam Disaster Briefing yang digelar BNPB pada Senin sore, disebutkan bahwa di Kota Gorontalo sebanyak 4.533 rumah terendam. Banjir berdampak pada lebih dari 40.000 jiwa di kota ini dengan pengungsi lebih dari 7.000. Banjir juga berdampak pada warga di wilayah-wilayah lain, termasuk bencana longsor di lokasi tambang di Bone Bolango yang menewaskan 27 orang dan 15 orang hilang.

”Di Gorontalo kita asesmen juga apakah baniir dan longsor ini akibat curah hujan semata, faktor sungai, danau, atau faktor lainnya. Ini penting agar ke depan kita bisa cari solusi bersama. Harus ada perbaikan fundamental agar kondisi seperti ini tidak berulang. Harus ada investigasi,” kata Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BNPB.

Dia mengatakan, kondisi banjir ini di antaranya dipengaruhi curah hujan yang tinggi dan cukup signifikan di bagian leher utara Pulau Sulawesi. Tak hanya Gorontalo, kondisi ini juga berdampak di sebagian Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, hingga Sulawesi Selatan.

”Ada juga kondisi dinamis regional yang mempengaruhi curah hujan, juga kondisi alam. Kami jadikan hal ini sebagai perhatian. Ada sejumlah daerah yang tingkat bahayanya tidak tinggi, tapi harus dievaluasi pemanfaatan lahannya,” katanya.

Salah satu wilayah yang terendam banjir di Desa Hutadaa, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Selasa (16/7/2024). Banjir terjadi sejak akhir Juni hingga Juli ini.DOKUMENTASI PEMERINTAH DESA HUTADAA

Salah satu wilayah yang terendam banjir di Desa Hutadaa, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Selasa (16/7/2024). Banjir terjadi sejak akhir Juni hingga Juli ini.

** Berita ini dikutip dari Kompas.com, edisi Selasa, 16 Juli 2024.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini