Jakarta, Maspolin.id – “Isra Mi’raj adalah peristiwa besar yang dialami junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad SAW. Membawa banyak hikmah dan pelajaran untuk kita semua. Disamping perintah untuk menunaikan shalat lima waktu, hikmah lain adalah menjaga lisan dan ucapan kita, “ujar Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Dr Gatot Eddy Pramono MSi, di hadapan jamaah Majelis Rasulullah yang menggelar tabligh akbar di Monas Jakarta Pusat, Selasa (2/4) tadi malam.
Setelah memberi sambutan pada acara peringatan Isra Mi’raj di lapangan Monas, Kapolda beserta rombongan menuju kawasan Priok, Jakarta Utara untuk menghadiri acara yang sama digelar oleh majelis Nurul Mustofa.
Di hadapan ribuan jamaah yang sebagian besar mengenakan baju koko berwarna putih, Gatot Eddy yang juga menjabat sebagai Kasatgas Nusantara menyerukan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan di tahun politik.
“Tak dapat dipungkiri bahwa kontestasi politik berdampak pada terpolarisasinya masyarakat ke dalam kelompok-kelompok pendukung. Baik pendukung capres cawapres maupun partai politik, “lanjut Kapolda.
“Perbedaan pilu politik dibolehkan dan konstitusional. Namun jangan sampai perbedaan itu menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Jangan karena agenda rutin lima tahunan kita mengorbankan masa depan bangsa jangka panjang, “tandas jenderal polisi bintang dua tersebut.
“Mari, kita jaga Jakarta, jaga negeri kita Indonesia tercinta ini bersama. Jangan tebar fitnah, berita-berita hoaks, ujaran kebencian dan isu SARA yang dapat menimbulkan permusuhan, “ajak Kapolda.
Dalam peristiwa Isra Mi’raj Nabi Agung Muhammad SAW, diceritakan bahwa Baginda Nabi diperlihatkan keadaan penghuni neraka.
Ada sekelompok pemghuni neraka yang disiksa dengan cara dipotong lidahnya. Tumbuh lagi, dipotong lagi, tumbuh lagi dipotong lagi. Begitu seterusnya.
Baginda bertanya kepada malaikat Jibril AS, “Ya Jibril, siapa mereka, mengapa mereka disiksa sedemikian rupa?”
Jibril menjawab, “Ya Rasulullah, mereka adalah umat mu (kaum muslim) yang ketika hidup di dunia tidak bisa mengendalikan lidahnya”.
“Mereka suka memfitnah, menggibah (menyebar kejelekan orang lain), menebar kebencian, mengadu domba dan seterusnya, “lanjut Jibril.
Memang benar, dari lidah (termasuk tulisan) dapat berujung permusuhan, perpecahan dan kekacauan. Maka wajar jika mereka yang suka menebar fitnah dan permusuhan akan mendapatkan siksaan yang pedih.
Di tengah hiruk pikuk kontestasi politik di Indonesia tahun ini, mari kita bersama menjaga lisan dan jari kita.
Hindari penyebaran hoaks, berita palsu, fitnah, ujaran kebencian dan isu SARA.
“Kita jaga kerukunan, persatuan dan kesatuan bangsa. Jangan karena ambisi politik sesaat mengorbankan tali persaudaraan dan silaturrahmi sesama kaum muslim dan sesama anak bangsa,”pungkas Kapolda.
(arief tajuk)










