SINTA Dewi Ranti (27), perempuan penyandang tuna rungu ini tampak tegar sambil beberapa kali melukis batik di atas kain yang dipegangnya.
Dia masih ingat betul, di masa produktif dirinya harus menyadari keterbatasan fisiknya.
Dan di usia muda saat ini, Sinta merasa berbeda dari orang normal lainnya sehingga dia merasakan betul kesendiriannya.
Sebagai orang yang menyandang tuna rungu, Sinta yang hanya seorang anak dari keluarga tidak mampu, bercita-cita memproduksi kain batik sebanyak-banyaknya untuk membantu orang tuanya.
“Dulu saya sempat putus asa. Mau kerja di mana saya nggak tahu. Awalnya saya didukung orang tua untuk berjualan di warung,” ujar Sinta kepada jurnalis Maspolin.id, Jumat (15/11/2019).
Sinta juga mengaku, ketika dirinya ketahuan sering merasa sedih, orang tua dan adik-adiknya mendukung dan menyemangatinya. “Bahwa saya pasti bisa,” ucapnya tegas.
Sinta mengawali karier hidupnya sebagai pedagang bahan pokok, seperti sembako.
Dirinya mengaku senang dan bangga ketika menyadari bahwa dia tetap bisa berkarya, meski memiliki keterbatasan fisik.
“Ya senang, mas. Saya didukung orang tua dan adik-adik saya. Jadi nggak ngerasa sendirian,” ceritanya.
Dalam waktu dua minggu, Sinta ternyata mampu menghasilkan kain batik sepanjang dua meter.
“Biasanya kain dua meter itu saya kerjakan desainnya dalam 11 sampai 13 hari,” ujarnya. (Lilik S)










