Oleh: S Stanley Sumampouw
Revolusi adalah suatu perubahan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. (Wikipedia)
Dulu, ketika jaman kampanye, kita sering membaca dan mendengar, bahwa kita mau di “Revolusi Mental” oleh Presiden kita.
Pengertiannya, tentunya ada suatu ketidak beneran di mental bangsa ini yang sudah menahun sehingga perlu di revolusi agar kembali ke “jalan yang benar.”
Kata revolusi dipakai sebagai pembenaran atas “paksaan” agar terjadi suatu perubahan menuju “yang baik” tentunya versi penguasa.
Prolog tulisan diatas itu sangat politis dan baeknya tidak kita bahas lebih lanjut.
Yang ingin saya bahas sebenarnya adalah perubahan drastis yang kita alami, baik mental dan spiritual kita, pasca diserang stroke pada umumnya manusia.
Ketika saya terserang stroke, secara mental, sikap dan pandangan hidup saya berubah total. Bukan hanya itu, berbagai hal yang sudah saya latih dan jalani sekian lama mendadak tidak bisa saya lakukan lagi. Hidup saya berubah sekian derajat dan rutinitas yang sudah saya bangun bertahun-tahun, berubah drastis kalau tidak mau dikatakan hancur lebur.
Menurut dokter pribadi saya yang ahli syaraf, saya menderita (termasuk) stroke ringan. Mau tahu stroke ringan yang saya alami itu bagaimana?
Ketika saya terkena stroke ringan tersebut, saat itu juga tubuh sebelah kanan saya lumpuh total. Kaki dan tangan kanan saya lumpuh. Ya lumpuh. Sama sekali tidak bisa bergerak atau digerakkan. Sama sekali tidak bisa menerima perintah dari otak.
Tubuh sebelah kiri yang masih normal, tiba-tiba mendadak harus mengambil alih keseimbangan. Dan karena dadakan dan tidak siap, akhirnya sebelah kiripun tidak bisa berbuat banyak mengimbangi kekosongan sebelah kanan.
Lumpuh sebelah kanan tubuh saya benar benar me-revolusi bukan hanya kebiasaan kebiasaan hidup saya, bahkan lebih jauh lagi me-revolusi hidup saya.
Saya tidak bisa lagi menulis dengan tangan kanan. Itu berarti saya tidak bisa melakukan tanda tangan. Hal tersebut berakibat hingga ke urusan pekerjaan dan bisnis. Sebagai pengusaha, akses saya pada dokumen dokumen penting, urusan perbankan, dan lain lain sebagainya yang memerlukan fungsi tangan kanan dan tanda tangan jadi terbatas dan perlu direset ulang pada berbagai pihak yang terkait.
Sebagai pemimpin redaksi dan pemimpin di beberapa perusahaan media online, juga sebagai jurnalis, kemampuan saya menulis sementara tidak berfungsi. Juga tugas dan kegiatan reportase lapangan tidak bisa dilakukan.
Secara mental saya masih shock dan mengetik di komputer memakai hanya tangan kiri saja berasa aneh dan melelahkan. Dan untungnya ada smart phone yang akhirnya membuat saya menemukan aplikasi ngetik memakai suara yang sebenarnya bisa dipakai di komputer juga. Memang hasilnya belum sempurna dan masih memerlukan editing secara manual. Lumayanlah.
Lumpuh sebelah kanan membuat kebiasaan mandi dan BAB saya berubah total. Dan disini ketergantungan saya terhadap orang lain besar sekali. Dalam hal ini orang lain tersebut adalah istri saya. Dan ini mengesalkan saya, karena pada dasarnya saya tidak suka punya ketergantungan permanen terhadap orang lain.
Kebiasaan kebiasaan saya berubah. Saya tidak sebebas dulu menentukan berbagai jadwal pertemuan, nongkrong ngopi, lunch meeting, bahkan keluar kota, tanpa membawa dan melibatkan istri yang mengatur dan menjadi pengganti fungsi bagian tubuh sebelah kanan saya yang hilang.
Lumpuh sebelah kanan juga me-revolusi hobby saya. Hobby saya naik motor dan touring hancur total. Mendadak saya tidak bisa naik motor dalam sehari dan tidak tahu sampai kapan atau kapan lagi saya bisa menjalankan hobby ini.
Kehidupan saya yang dulu melintas cepat, sibuk tidak mengenal ampun, workaholic, rapat rapat di apartemen berhari-hari, mengejar penerbangan kesana sini tujuan ntah kemana, sirna sekejab.
Sekarang semuanya berjalan lambat dalam putaran slow motion. Setiap gerakan menghasilkan tenaga bisa 2-3 kali lipat orang normal dan hasilnya saya cepat lelah. Ketergantungan pada beberapa macam obat, memaksa saya harus rutin tanpa jeda minum obat paling tidak 2 kali sehari. Padahal dulu, boro-boro minum obat, sakit saja hampir tidak pernah. Dan bergadang untuk berbagai tujuan menjadi kewajiban dan rutinitas.
Sekarang hidup saya dipenuhi berbagai jadwal beraneka terapi. Dari akupuntur hingga fisioterapi dan pijat sana sini (jelas bukan Mak Erot). Untuk bisa berdiri dibutuhkan waktu dua bulan, 4 bulan berjalan dan waktu hampir 1 tahun dibutuhkan waktu untuk memperbaiki tangan dan gerakan jari jemari. Itupun belum berfungsi baik. Satu terapi menyakitkan untuk menaikkan engsel lengan atas yang sudah turun karena fungsi lengan kanan yang lumpuh.
Stroke benar-benar me-revolusi saya. Ibarat mesin yang berputar kencang tiba-tiba diperlambat hingga hampir berhenti putarannya.
Ini hanya kategori stroke ringan menurut dokter ahli syaraf saya yang kebetulan juga tim dokternya Tukul Arwana, komedian kondang.
Bagaimana jika stroke berat? Mungkin saya tidak bisa berbicara, mungkin saya koma tanpa batas waktu, mungkin saya sadar tetapi bersifat seperti anak-anak, dan bahkan menyebabkan hingga meninggal dunia.
Revolusi mental yang dilakukan stroke terhadap saya akhirnya memang berdampak pada saya. Saya harus bisa menjadi penyabar, lebih mengendalikan diri ketimbang tidak sabaran dan mengumbar kemarahan seperti dulu.
Saya lebih ingat Tuhan, daripada masuk gereja sebagai kebiasaan rutin dan tanpa kesan apapun. Lebih dekat dengan keluarga, terutama lebih sering dengan cucu cucu. Saya lebih punya waktu untuk urusan keluarga dan tinggal dirumah.
Saya tidak lagi menyesali kenapa saya terkena stroke. Saya sudah bisa menerima bahwa saya penderita stroke. Dan saya pasrah dengan segala akibatnya. Tidak lagi melawan mengingkari kenyataan dan menyesali diri.
Stroke memang penyakit yang menggerogoti mental penderitanya, dan untuk bertahan atau tidak diantaranya ditentukan oleh perhatian dan kasih dari keluarga dan orang orang terdekat kita.
Stroke me-revolusi mental memang tetapi kearah positip atau negatip, anda yang tentukan.
Ayo bertahan dengan semangat!!
Cinere, 15 Mei 2022, pk 20.01
** Penulis adalah pengusaha, wartawan, pengamat Kepolisian serta Founder dan Ketua Umum dari Kumpulan Maspolin.











Kereeen Om..manambah wawasan. Semoga lekas pulih kembali. Masukan aja bagaimana kiat² tips and trick menghadapi dan menjalani stroke tsb agar hidup menjadi lebih berarti dan tetap semangat seolah² tdk merasakan sakit (stroke) ?